What alumni say about this film?

Masuk Elektro? Mau jadi apa?

 

Dan byk jg yg nyasar jd developer, cthnya gw. Meskipun developer itu ada byk. Misalnya .Net, ABAP, Java. Dan mgkn d elektro sendiri jarang atau malah ga pernah coding pake bahasa itu. Jgn2 kayak gw dl masih pake assembly. Tp semakin rendah bahasanya harusnya semakin paham logikanya. Awalnya akan kesulitan sama syntaxnya, tp lama2 biasa jg. Dan yg pernah coding firmware, harusnya bisa lah coding software. Krn ga perlu mikirin lg ini line codingnya make brp cycle machine ya. Dan pengetahuan akan hal itu nnt membantu performance hasil codingan jg.

Gw jg ga akan munafik bilang semua kuliah kepake di kerjaan. Contohnya gw skrg ga perlu ngitung medan (no offense ya, Pak Marincan :D). Tp klo ngerti dikit2 bisa pamer tuh sama org lain xD

Wah, jd ngelantur.. intinya sih cm mau bilang, videonya bikin pengen kuliah lg.. hehe.. *ngarep s2*

                                                    tiara.jpg

 

                                   

(Margaritifera J. Tilaar, PT. Astra Graphia, Batch 2004)


Balik ke trend, di Indonesia  sendiri saking banyaknya perusahaan IT luar negeri yang mulai masuk ke Indonesia, otomatis ada satu lowongan juga terbuka yang namanya SALES ENGINEER. Jadi siapa bilang lulusan elektro cuma bisa nyolder? jualan juga bisa kok kekekekeke. Tren sales engineer lebih disukai karena otomatis perusahaan gak usah hire seorang sales khusus atau engineer khusus tapi semuanya disikat sama satu role ini. Salah seorang dosen saya pernah bilang bedanya SE sama sales biasa....SE bisa nerangin ini itu yang bisa jadi marketing pitch mereka (karena anak engineering ngerti tentang teknis suatu barang lebih bagus daripada sales yang biasanya cuma tau dibrief sama bosnya atau dibrief white paper dari suatu product) plus SE berhak jualan di retail price tanpa kasih diskon (diskon boleh dimakan sendiri qiqiqiqi).  

jey.jpg

 

 

 

 

 

(Jey Nelson, Ryca Indonesia, Photographer, Batch 2004)


Tampaknya image "mahasiswa-elektro-jadi-tukang-listrik" masih melekat dalam benak masyarakat awam, padahal kesan yang saya dapati di US, trend elektro mulai bergeser dari elektronika murni ke photonics, computer engineering (+ coding) dan solid state devices. Kalau ada barang elektronik rusak, sulit sekali mencari tukang reparasi atau spare-part (dan konsumen juga tidak mau utak-atik kalau ada segel "Warranty void if opened") sehingga jalan keluar termudah adalah beli baru (see Ref. [1]). Mahasiswa elektro yang melanjutkan ke S2-S3 juga tidak perlu pegang solder lagi. Ironisnya, mayoritas employer mencari lulusan engineering yang jago coding macam2x, khususnya Java. Sehingga dunia elektro terbagi 2 kubu besar: coding (termasuk wireless networking, computer science and signal processing, etc...) dan photonics (termasuk metamaterial, solid state device and nanotechnology etc...). Oh ya, kubu kedua ini yang 2 kali seminggu masih main2x dengan teori Maxwell (terima kasih untuk kuliah medannya, pak Marincan) :)

wiwi.jpg

(Wiwi Samsul, graduate studies at Duke University, Batch 2006)


Setuju dengan komentarnya bung Jey soal sales engineer.
Karena saat ini saya juga sedang merangkap pekerjaan sales dan engineer.
Jadi saya juga harus bisa melakukan instalasi dan programming untuk alat2 yang akan di pasang. Saya sudah pernah melakukan sendiri instalasi dan programing alat2 yg dijual di beberapa tempat, termasuk di offshore.
Di sini memang lebih disukai yang bisa bekerja untuk beberapa bidang yang berbeda.
Kalau perusahaan asal amerika & eropa lbh fokus. Sehingga yang sales hanya bekerja sebagai sales & engineer hanya bekerja sebagai engineer.
amaw.jpg
(Hermawan Hadiprodjo, Duta Instrument Alfa Sakti,  Batch 2004)

Tapi buat saya pribadi, punya temen lulusan elektro yang kerja nya di banyak bidang justru baik adanya, jadi punya koneksi di berbagai macam bidang :D.
Pelangi juga ga akan bagus toh kalo cuma 1 warna doang kan? :D
rudi_angkasa.jpg
(Rudy Angkasa, FESTO, Batch 2003)